UPAYA
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP N 2 T.RIAJA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI
SOSIAL BERBASIS “OUTBOUND”
BK

PROPOSAL
Disajikan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi Tugas mata
kuliah Etika Profesi Bimbingan Konseling
Dosen Pembimbing : RENY ANGGRAENY, S.Pd.,M.pd.
Oleh
KURNIAWAN MUHLIS
915862010022
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
STKIP
MUHAMMADYAH BARRU
2018
HALAMAN PERSETUJUAN/PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
LAPORAN PROPOSAL
UPAYA
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP N 2 T.RIAJA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI
SOSIAL BERBASIS “OUTBOUND”
OLEH
NAMA
|
NPM
|
KURNIAWAN MUHLIS
|
915862010022
|
Telah diperiksa, dan disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
RENY ANGGRAENY,
S.Pd.,M.pd.
NIP.
|
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan bahwa yang
tertulis di dalam Proposal ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam proposal ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
T.Riaja, 11 November 2018
KURNIAWAN MUHLIS
|
Disiplin sangat penting khususnya bagi perkembangan siswa dan
diperlukan supaya mereka dapat belajar dan berperilaku dengan cara yang dapat
diterima lingkungan dimana ia berada. Usia siswa yang masih remaja cenderung
memiliki tingkat emosi yang masih labil, mereka belum paham akan keadaan diri
mereka sendiri dan lingkungan sekolah sehingga sering kali mereka melanggar
peraturan sekolah dengan tidak berperilaku disiplin. Dalam penelitian ini
perilaku disiplin siswa akan ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok,
sehingga layanan bimbingan kelompok seperti apa yang diharapkan dapat
meningkatkan perilaku disiplin siswa di sekolah.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal yang
berjudul “Upaya Meningkatkan
Kepercayaan Diri Siswa Smp N 2 T.Riaja Melalui Layanan Bimbingan Pribadi Sosial
Berbasis “Outbound (Penelitian Pada Siswa Kelas 8 Di SMP N 2 T.RIAJA)”. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada tauladan kita Rasulullah SAW.
Penyusun menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dan kerjasama
dari beberapa pihak yang telah berkenan membantu dalam penyelesaian Proposal
ini, Semoga Proposal ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam dunia
pendidikan dan bagi pembaca pada khususnya (amin).
T.Riaja,11 November 2018
KURNIAWAN MUHLIS
|
DAFTAR ISI
Lembar
Persetujuan................................................................................................. i
Pernyataan
Keaslian Tulisan.................................................................................... ii
Kata Pengantar...................................................................................................... .iii
Daftar Isi............................................................................................................... .iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B.
Identifikasi Masalah.............................................................................. 4
C.
Pembatasan Masalah.............................................................................. 4
D.
Rumusan Masalah.................................................................................. 5
E.
Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
F.
Manfaat Penelitian................................................................................ 6
BAB II LANDASAN
TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Hakikat
kepercayaan diri..................................................................... ....... 7
B.
Layanan Bimbingan
pribadi sosial...................................................... ..... 11
C.
Hakikat
Outbound.............................................................................. ..... 14
D.
Kerangka
Pikir..................................................................................... ..... 20
E.
Hipotesis Tindakan.............................................................................. ..... 21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian.................................................................................... ..... 22
B.
Subyek Penelitian dan objek penelitian............................................... ..... 23
C.
Waktu dan tempat Penelitian.............................................................. ..... 23
D.
Setting
Penelitian................................................................................ ..... 23
E.
Peran dan posisi peneliti...................................................................... ..... 23
F.
Prosedur Penelitian.............................................................................. ..... 24
G.
Tahapan
Penelitian.............................................................................. ..... 25
H.
Tekhnik
Pengumpulan data................................................................. ..... 30
I.
Instrumen
Penelitian............................................................................ ..... 31
J.
Tekhnik
analisis data........................................................................... ..... 32
K.
Kriteria
Keberhasilan........................................................................... ..... 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa SMP adalah masa dimana seseorang
berusia 12 sampai 15 tahun, secara umum termasuk dalam kategori remaja. Pada
masa remaja, terjadi peralihan dari
masa kanak-kanak menuju dewasa. Dalam masa peralihaan ini sebagian besar remaja
masih labil dalam menentukan keputusan, mencari identitas diri, dan mencoba
mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam usia tersebut,
remaja mempunyai tugas perkembangan yang sangat menuntut perubahan besar dalam
bersikap dan berperilaku. Kepercayaan diri (self
confidence) merupakan salah satu aspek kepribadian pada seseorang dalam
menghadapi dan menyikapi kehidupannya, sehingga seseorang akan mampu
mengaktualisasikan segala potensi dirinya
(Ghufron dan Risnawati, 2012). Remaja yang memiliki kepercayaan diri
tidak akan memandang kelemahan dan keterbatasan yang dimilikinya sebagai sebuah
hambatan, melainkan sebagai batu loncatan untuk meraih keberhasilan (Rini,
2010).
Kepercayaan diri pada remaja,
terbentuk karena adanya pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat. Ketiga faktor itu sangat mempengaruhi dalam pembentukan
kepercayaan diri remaja. Sebagai contoh, kalau keluarga terlalu over protektif mengatur apa-apa yang
harus dilakukan si anak, anak boleh ini dan tidak boleh itu, menganggap anak
belum bisa berbuat apa-apa tanpa arahan keluarga, maka akan terbentuk
kepercayaan diri yang rendah, sehingga anak merasa dirinya tidak bisa berbuat
apa-apa. Berbeda bila dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak selalu
diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi-potensinya, maka kepercayaan
diri pada anak akan tumbuh.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah sangat mempengaruhi
terbentuknya kepercayaan diri remaja, karena di lingkungan sekolah para remaja
berinteraksi, baik dengan teman sebaya maupun dengan guru. Lingkungan sekolah
juga merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan, dan tempat mengembangkan semua potensi yang ada pada diri siswa.
Dengan memiliki kepercayaan diri, maka remaja akan mudah bergaul secara
fleksibel, mempunyai toleransi yang
cukup baik, bersikap
positif, dan tidak
mudah terpengaruh orang
lain dalam
bertindak, serta mampu menentukan langkah yang pasti
dalam kehidupannya (Ghufron dan Risnawati, 2012).
Realitasnya, disekolah tidak setiap
siswa mempunyai kepercayaan diri yang cukup. Masih banyak siswa yang mengalami
kurang percaya diri, sehingga sangat berpengaruh pada perkembangan siswa itu
sendiri, seperti di SMP Negeri 2 T.Riaja khususnya kelas VIII. Siswa di SMP
Negeri 2 T.Riaja khususnya kelas VIII banyak yang memiliki kepercayaaan diri
yang rendah, hal ini ditunjukan dengan adanya perilaku siswa yang bila disuruh
maju kedepan tidak mau dan hanya diam saja, tidak ada siswa yang berani
bertanya kepada guru pada saat guru memberikan materi pembelajaran, mempunyai rasa malu, minder,
takut.
Maka dari itu kepercayaan diri pada
kelas VIII SMP Negeri 2 T.Riaja harus ditingkatkan sehingga tidak mempengaruhi
perkembangan akademik, pengembangan minat dan bakat, maupun perkembanganya
dalam menjalin relasi dengan orang lain. Kepercayan diri yang rendah dalam hal
akademik menyebabkan anak merasa malu dan takut bertanya pada guru, sehingga
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Secara
tidak langsung dapat menyebabkan kepercayaan diri yang rendah. Dalam hal
pengembangan minat dan bakat, anak merasa kesulitan dalam menyalurkan bakat dan
minat yang dimilikinya sehingga bakat dan minat yang mereka miliki tidak
tersalurkan dengan baik. Selain itu dalam relasi sosialnya, anak akan banyak
menutup diri, dan sulit menjalin relasi dengan orang lain sehingga anak itu selalu
minder, merasa rendah diri, tidak pandai bergaul ,mudah pesimis, mudah putus asa. Bahkan mereka merasa kurang mampu
dalam menyesuaikan diri dengan siswa lain.
Untuk mengatasi siswa yang kurang
percaya diri diperlukan pendampingan khusus, dalam bentuk layanan bimbingan
pribadi sosial, yang dimaksudkan agar siswa dapat menghadapi masalahnya, dan
mengelola diri sendiri, serta menjalin hubungan yang baik dengan sesamanya,
baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Pemberian
layanan bimbingan pribadi sosial harus menggunakann cara yang menarik sehingga
membuat siswa senang dalam mengikuti bimbingan, salah satunya dengan
menggunakan kegiatan outbound. Maka
dari itu peneliti memilih judul penelitian sebagai berikut :“Upaya Meningkatkan
Kepercayaan Diri Siswa SMP Melalui Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Berbasis Outbound (Penelitian Tindakan Bimbingan
Konseling Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 T.Riaja.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ditemukan masalah-masalah
sebagai berikut:
1.
Dalam kenyataannya terlihat ada
indikasi siswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah, dan perlu mendapatkan
perhatian sebagai solusi untuk mengatasinya.
2. Sebagian besar siswa di SMP Negeri 2 T.Riaja, khususnya kelas VIII
memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, hal ini terlihat dari perilaku mereka yang kurang percaya diri seperti tidak berani maju kedepan, kalau ditanya hanya diam
saja, malu bertanya, dan takut salah dengan apa yang dilakukannya.
3.
Bimbingan Pribadi sosial dengan
menggunakan outbound belum diketahui hasilnya.
4.
Bimbingan yang kurang diberikan
oleh Guru BK kelas VIII SMP Negeri 2 T.Riaja, sehingga menjadi salah satu
penyebab kepercayaan diri rendah.
C. Pembatasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini sangat luas dan
cukup kompleks. Maka dari itu peneliti merasa perlu untuk memberikan pembatasan
masalah agar penelitian ini lebih fokus dan sesuai dengan tujuan. Pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah “ Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa
Melalui Bimbingan Pribadi Sosial Berbasis Outbound
Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 T.Riaja.”
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka penulis mengajukan
rumusan masalah penelitian, yaitu :
1. Apakah tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII dapat ditingkatkan
melalui bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound di SMP Negeri 2
T.Riaja?
2. Seberapa tinggi peningkatan kepercayaan diri siswa setelah melalui
bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound
pada setiap siklusnya?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kepercayaan diri
siswa setelah melalui bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound antar siklusnya?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Meningkatkan kepercayaan diri
siswa kelas VIII melalui bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound di SMP Negeri 2 T.Riaja.
2.
Mengetahui seberapa tinggi
peningkatan kepercayaan diri siswa melalui bimbingan pribadi sosial dengan
berbasis outbound pada setiap
siklusnya.
3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan tingkat
kepercayaan diri siswa secara signifikan melalui bimbingan pribadi sosial
dengan berbasis outbound antar siklusnya.
F. Manfaat Penelitian
Ada
beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis,
hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan,
khususunya dalam bidang ilmu Bimbingan dan Konseling, menyangkut upaya
peningkatan kepercayaan diri siswa dengan pemanfaatan outbound dalam pemberian layanan bimbingan pribadi sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru BK
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya
meningkatkan kepercayaan diri pada siswa melalui layanan bimbingan pribadi
sosial dengan berbasis outbound.
b.
Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri
siswa, sehingga dapat berkembang secara optimal, dan menyadarkan siswa akan
perilaku dan sikapnya saat ini.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk menerangkan
ilmu yang telah didapat selama kuliah di program Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam praktek penelitian secara ilmiah,
khususnya mengenai upaya meningkatkan kepercayaan diri siswa melalui pemberian
layanan bimbingan pribadi sosial berbasis outbound.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kepercayaan diri (self
confidence) adalah salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
diri seseorang. Dengan memiliki kepercayaan diri, seseorang akan menyadari
bahwa di satu sisi ia memiliki potensi sedangkan di sisi lain memiliki
kelemahan (Margaretha Rini, 2010). Maksudnya, dengan memiliki rasa percaya
diri, di satu sisi seseorang sangat percaya pada potensi yang ada dalam dirinya
dan berkeyakinan akan mampu mengaktualisasikan segala potensi yang ada dalam
dirinya tersebut, di sisi lain ia akan sangat menyadari keterbatasan dan
kelemahannya sebagai manusia, sehingga mungkin saja melakukan berbagai
kesalahan dan kekhilafan, tetapi akan selalu berjuang mengoreksinya agar
semakin lebih baik .
Kepercayaan
diri merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang.
Kepercayaan diri sangat diperlukan, baik oleh seorang anak maupun orang tua,
secara individual maupun kelompok (Ghufron dan Risnawati, 2012).
Ghufron
dan Risnawati (2012) pernah mencatat beberapa pengertian kepercayaan diri
menurut beberapa pakar psikologi. Beberapa diantaranya, Willis (1985)
mengartikan kepercayaan diri sebagai keyakinan seseorang bahwa ia memiliki
kemampuan untuk menanggulangi suatu masalah dengan baik, dan dia juga yakin
kalau mampu memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain.
Anthony
(1992) mengartikan kepercayaan diri sebagai sikap dalam diri seseorang yang
dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif,
memiliki kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai
segala sesuatu yang diinginkannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan
diri adalah sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek di
sekitarnya, sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya
untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuanya. Dengan kata lain,
kepercayaan diri adalah keyakinan pada diri subyek sebagai karakteristik
pribadi yang di dalamnya terdapat keyakinan akan kemampuan diri, optimis,
objektif, bertanggungjawab, rasional dan realistis.
Kepercayaan diri yang melekat pada diri individu bukan bawaan sejak
lahir melainkan hasil proses belajar melalui interaksi dengan lingkungannya.
Dengan demikian kepercayaan diri adalah hasil proses panjang, tidak didapat
secara instan (Lusi, 2010). Setiap orang sering berhadapan dengan rangsangan
dari luar, baik yang disadari maupun tidak disadari sehingga setiap orang akan
merespon dan mempersepsikanya.
Individu
menjadi pribadi yang percaya diri atau tidak, sangat tergantung dari individu
tersebut. Individu yang memiliki rasa percaya diri memiliki kemampuaan untuk
menjawab tantangan yang ada di lingkungannya. Ketika individu berhasil
mengatasi permasalahannya sangat mungkin dia akan percaya diri, tetapi
sebaliknya kegagalan dalam menyelesaikan permasalahannya akan membuatnya tidak
percaya diri (Iswidharmanjaya, 2004 dalam Rini, 2010).
Hakim (2005) menjelaskan, terbentuknya rasa percaya diri yang sangat
kuat terjadi melalui beberapa proses. Pertama, terbentuknya kepribadian yang
baik sesuai proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
Kedua, pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya
sehingga melahirkan keyakinan yang kuat bahwa ia bisa berbuat segala sesuatu
dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan tersebut. Ketiga, pemahaman dan reaksi
positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya sehingga tidak
menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit untuk menyesuaikan diri. Keempat,
pengalaman dalam menjalankan berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala
kelebihan yang ada pada dirinya. Kekurangan
dalam salah satu proses tersebut, menjadikan seseorang mengalami hambatan untuk
mendapatkan rasa percaya diri.
Sebagai
contoh individu-individu yang mengalami hambatan-hambatan dalam perkembangannya
ketika bersosialisasi akan mengakibatkan individu tersebut cenderung tertutup
dan rendah diri, yang bila dibiarkan terus akan mengakibatkan kurang percaya
diri.
Lie (2006) menyebutkan beberapa ciri individu yang mempunyai
kepercayaan diri, yaitu yakin kepada diri sendiri, tidak tergantung pada orang
lain, dan tidak ragu- ragu, merasa dirinya berharga, tetapi tidak menyombongkan
diri dan memiliki keberaniaan untuk bertindak.
Hakim (2005) menyebutkan beberapa ciri individu yang memiliki
kepercayaan diri tinggi, antara lain selalu bersikap tenang dalam mengerjakan
sesuatu, mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai, dan mampu menetralisir
ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi, memiliki kondisi mental dan
fisik yang cukup menunjang penampilannya, memiliki kecerdasan yang cukup,
memiliki tingkat pendidikan formal yang memadai, serta memiliki keahlian atau
ketrampilan yang menunjang kehidupannya, tetap tegar, sabar dan tabah
menghadapi persoalan dan tantangan hidup.
Ghufron
dan Risnawati (2012) menegaskan bahwa kepercayaan diri individu sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Konsep diri
Menurut
Antony (dalam Ghufron dan Risnawati, 2012) terbentuknya kepercayaan diri pada
seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperolehnya melalui pergaulan
dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep
diri.
b.
Harga diri
Konsep
diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif. Harga diri adalah
penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Tingkat harga diri seseorang
akan mempengaruhi tingkat kepercayaan seseorang.
c. Pengalaman
Pengalaman
masa lalu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri. Ketika
seseorang sering mengalami kegagalan, sering kalah dalam persaingan.
d.
Pendidikan
Tingkat
pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri
seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan seseorang tersebut,
tergantung dan berada di bawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai dari
dirinya. Sebaliknya orang yang mempunyai pendidikan tinggi, akan memiliki
tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan dengan orang yang memiliki
pendidikan yang rendah.
B. Layanan Bimbingan Pribadi Sosial
Menurut
Yusuf (2008 : 11) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi sosial merupakan layanan
yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan
karakteristik pribadi serta ragam
permasalahan yang dihadapi individu. Bimbingan pribadi sosial
diarahkan untuk perkembangan kepribadian yang menyangkut dirinya sendiri, serta
hubungannya dengan orang lain, dan bidang perencanaan masa depan yang
menyangkut jabatan yang akan dipangku kelak.
Menurut
Winkel (2004) istilah bimbingan pribadi sosial digunakan bila isi pelayanan
bimbingan terutama mengenai hal-hal yang menyangkut keadaan batinnya sendiri
dan kejasmaniaanya sendiri, atau Bimbingan Pribadi lain.
Jadi bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada
pribadi atau individu agar mereka mengenal dirinya, mengenal permasalahannya,
dan dapat memecahkan masalah-masalah pribadi sosial, sehingga terjadi perubahan
sikap, perilaku individu tersebut.
2.
Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial
Gunawan (1992) menegaskan bahwa tujuan bimbingan pribadi sosial yang
utama adalah memberikan bantuan kepada individu agar individu itu dapat
berkembang secara optimal. Winkel (2004) menegaskan bahwa tujuan bimbingan
pribadi sosial adalah agar individu yang diberikan bimbingan menjadi mampu
menghadapi semua tugas perkembangannya, secara sadar dan bebas, serta mewujudkan
kesadaran dan kebebasan dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana, serta
dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Bantuan
itu tidak hanya berfungsi bila seseorang sudah menghadapi suatu masalah aktual
yang harus segera diselesaikannya dengan membuat pilihan atau mengambil
tindakan penyesuaian diri, tetapi sudah dapat berfungsi jauh sebelumnya,
bila orang menyadari bahwa aneka tugas hidup menantang dia untuk mengembangkan
segala potensinya.
Fungsi bimbingan pribadi sosial yang diungkapkan Rima, Puspita
(2007) adalah :
a. Membantu individu bertumbuh dan berkembang
sesuai dengan potensinya.
b.
Membantu individu memahami
dirinya sendiri yaitu menyadari kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya.
c.
Belajar berkomunikasi yang
lebih sehat dan baik dengan lingkungannya.
d.
Melalui bimbingan pribadi
sosial diharapkan individu dapat bertahan. dengan keadaan masa kini, dapat
menerima keadaan dengan lapang dada, dan mengatur kembali kehidupannya dengan
kondisi yang baru.
4. Aspek-aspek Bimbingan Pribadi Sosial
Menurut Surya dan Winkel (dalam Tohirin, 2007 : 123), aspek-aspek
persoalan individu yang membutuhkan layanan bimbingan pribadi sosial adalah
sebagai berikut :
a.
Kemampuan individu memahami
dirinya sendiri.
b.
Kemampuan individu mengambil keputusan.
c.
Kemampuan individu memecahkan
masalah yang menyangkut keadaan batinnya sendiri.
d.
Kemampuan individu melakukan
sosialisasi dengan lingkungannya.
e.
Kemampuan individu melakukan adaptasi.
f. Kemampuan individu melakukan hubungan sosial (interaksi sosial)
dengan lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
5. Efektifitas Layanan Bimbingan Pribadi Sosial dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri.
Setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka dalam
proses belajar mengajarnya pasti berbeda antara siswa yang satu dengan siswa
yang lainnya, dengan adanya perbedaan tersebut maka akan menimbulkan
permasalahan. Permasalahan itu bisa berasal dari keluarga, lingkungan sekolah,
maupun lingkungan masyarakat.
Melalui layanan bimbingan pribadi sosial adalah jenis bimbingan yang bertujuan membantu individu dalam
menyelesaikan masalah-masalah pribadi sosial (Nurhisan, 2006: 16). Mengingat
masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, maka remaja sering mengalami kurang percaya diri. Melalui
layanan bimbingan pribadi sosial para remaja dibantu untuk menyelesaikan
permasalahannya yang berkaitan dengan masalah pribadi sosialnya. Sehingga pada
usia remaja, perlu adanya penanganan sejak dini, sehingga dapat melakukan
pencegahan dan perbaikan agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Dalam
hal ini yang sangat berperan aktif adalah guru, karena sebagian besar waktu
para siswa dihabiskan di sekolah. Maka dari itu guru memberikan layanan
bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa.
C.
Hakikat Outbound
1.
Pengertian Outbound
Outbound adalah segala kegiatan yang dilakukan di luar kelas atau di alam
terbuka. Fungsi utamanya untuk rekreatif atau bersenang-senang, walaupun ada
juga yang dmanfaatkan sebagai sarana pendidikan untuk membina watak dan
kepribadian sekaligus wahana pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan dan
kemampuan
Outwardbound (2009) menegaskan bahwa kegiatan outbound
adalah sebuah petualangan yang berisi tantangan, bertemu dengan sesuatu
yang tidak diketahui tetapi penting untuk dipelajari, belajar tentang diri
sendiri, tentang orang lain. Melalui outbound
seseorang bisa mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilainya
langsung dari pengalaman lapangan (learning
by doing). Kegiatan tersebut diharapkan bisa memunculkan sikap saling
mendukung, komitmen, rasa puas, dan memikirkan masa yang akan datang. Oleh
karena itu menurut Outwardbound (2009).
Outbound dapat digunakan sebagai
sarana pembelajaran . Outbound sejauh
ini dapat dianggap sebuah simulasi dari kehidupan yang sesungguhnya yang sangat
komplek, kehidupan itu disimulasikan sehingga anak bisa mempelajari miniatur
kehidupan dengan segala permasalahannya. Selain itu melalui outbound, orang bisa belajar melalui
pengalaman (experiential learning).
Pembelajaran melalui kegiatan outbound cocok
bagi remaja karena mengandung banyak hiburan yang membuat mereka bergembira dan
berbagai tantangan yang ada membuat mereka bisa belajar mengatasinya.
2.
Tujuan Outbound
Menurut Hamid Bahari (2010) untuk para siswa selaku remaja mengikuti
kegiatan outbound pada dasarnya
bertujuan untuk mengembangkan berbagai
komponen perilaku siswa sehingga membantu mereka mencapai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang ideal baik untuk masa depan maupun kehidupan
sehari-hari sekarang. Secara lebih spesifik, outbound dilakukan untuk tujuan sebagai berikut :
a. Membuka wawasan baru dalam berinteraksi dengan linkungan sosial
serta bekerjasama dengan orang lain.
b. Memberikan pengalaman untuk mandiri dan menyelesaikan masalah.
c. Meningkatkan kemampuan ,kreatif dalam menyelesaikan masalah.
d. Belajar untuk berkomunikasi secara
efektif.
e. Meningkatkan kepercayaan diri.
3.
Jenis-jenis Outbound
Menurut Hamid Bahari (2010) terdapat bermacam-macam permainan dalam outbound dan tujuan outbound serta prosedurnya dalam bermain outbound diantaranya adalah:
1)
Trust Fall
Tujuannya:
a. Menumbuhkan rasa percaya diri pada
peserta.
b. Menumbuhkan rasa percaya pada teman.
c. Menumbuhkan tanggung jawab.
d. Melatih kerjasama kelompok.
e. Menumbuhkan keberanian untuk mengambil resiko.
Prosedurnya :
a)
Salah seorang peserta diminta
untuk berdiri dan membelakangi peserta lain.
b)
Peserta lainya berada
dibelakang lalu kedua tangan berada dibelakang punggung peserta yang ada
didepannya dan dikasih jarak 15 cm.
c)
Kemudian peserta yang berada
didepan disuuh untuk menjatuhkan diri dan peserta yang belakang berusaha
menahan dari belakang.
2).
Human Ladder
Tujuan:
a. Menumbuhkan rasa percaya diri pada
peserta.
b. Menumbuhkan tanggung jawab dalam diri peserta
c. Melatih kegigihan dalam mencapai tujuan.
d. Membuat peserta menjadi aktif.
Prosedurnya :
a) Peserta berdiri sejajar dan berpasangan berhadap-hadapan.
b) Setiap pasangan memegang kayu sehingga terlihat seperti anak tangga.
c) Ketinggian kayu yang dipegang bisa bervariasi sesuai dengan
keinginan masing-masing pasangan.
d) Salah satu peserta yang tidak ikut memegang kayu diminta untuk
menaiki anak tangga tersebut.
e) Pasangan yang sudah dilewati berpindah kedepan untuk membuat anak
tangga berikutnya.
f) Setelah 5 menit, peserta yang memegang kayu bergantian.
4.
Manfaat Outbound
Menurut Hamid Bahari (2010) manfaat outbound memberikan masukan yang positif dalam perkembangan
kedewasaan seseorang. Kedewasaan itu terbentuk mulai dari pembentukan kelompok,
bagaimana cara bekerja sama. Bersama-sama dilatih mengambil keputusan termasuk
siap menerima segala konsekuensinya. Setiap kelompok akan dilatih untuk
tanggung jawab dan siap menerima segala tantangan.
Tujuan
utama kegiatan outbound adalah
melatih para peserta untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada,
membentuk sikap professionalisme dan tercapainya kinerja yang diidealkan. Sikap
dan perilaku profesionalisme yang bisa terbentuk outbound meliputi :
1).
Terbentuknya suatu komitmen
yang utuh dari setiap peserta melalui 4C, yaitu :
a) Peningkatan kompetensi (competency).
b) Pembentukan konsepsi (conception)
pemikiran yang komprehensif.
c) Terjadinya hubungan (
connection ) yang semakin erat antara peserta.
d) Munculnya keyakinan akan kepercayaan (confidence) diri akan kemampuan masing-masing pesera yang akan
berpengaruh dalam membangun rasa memiliki
2).
Pola perilaku yang berkarakter
Melalui
pelatihan dalam outbound akan semakin
disiplin, bertanggung jawab, berorientasi ke masa depan, mengutamakan tugas
pengabdian, memiliki sikap, etika dan etos kerja yang tinggi.
3). Meningkatkan semangat kerja dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab masing-masing, serta meningkatkan keberanian peserta dalam mengambil
setiap resiko (risk taking) dari
setiap tantangan yang dihadapi.
4.) Team building yang
solid Melalui pelatian dalam outbound akan
terbangun saling pengertian, kerja sama, koordinasi, menghargai perbedaan,
dengan demikian akan terbangun team yang
solid.
5).
Peningkatan kematangan Emotional Question
(EQ), Melalui program Olahrasa yang menjadi porsi perhatian outbound akan membantu peserta semakin
matang dalam Emotional Question (EQ)
bahkan Spiritual Quotion (SQ)
sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam setiap
penyelesaian tugas-tugas yang dihadapi.
5.
Hasil Penelitian Sebelumnya
/ Penelitian yang relevan
Berdasarkan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa
penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan,
diantaranya adalah :
a.
Penelitian Ristin Rahmawati
(2010) yang berjudul Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Layanan
Bimbingan Pribadi Sosial Klasikal dengan menggunakan media Permainan Titian
Balok. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Surwohdukuh yang
berjumlah 21 siswa yang terdiri 14 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.
Metode yang digunakan untuk membantu para siswa tersebut adalah dengan media
permainan titian balok dan metode bimbingan pribadi sosial klasikal. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa ada perbedaan pres-test dan post-test, dimana
terdapat peningkatan sekor itemdan skor subyek pada setiap siklusnya. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat adanya peningkatan kepercayaan diri secara
signifikan pada siswa kelas III SD Surwohdukuh setelah mengikuti layanan
bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permaianan titian
balok.
b.
Penelitian Yusika Dwi
Martafani (2010) yang berjudul Upaya Peningkatan Percaya Diri Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok Berbasis Aktivitas Outbound.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Kalasan
Yogyakarta yang berjumlah 25 siswa yang terdiri 18 siswa laki-laki dan 7 siswa
perempuan. Metode yang digunakan
untuk membantu para siswa tersebut adalah dengan media permainan aktivitas
berbasis aktivitas outbound dan
metode bimbingan kelompok. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan
pres-test dan post- test, dimana terdapat peningkatan sekor item dan skor
subyek pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat adanya
peningkatan kepercayaan diri secara signifikan pada siswa kelas VIII A SMP
Kalasan Yogyakarta setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok melalui
bimbingan kelompok berbasis outbound.
D. Kerangka Berpikir
Kepercayaan diri pada setiap orang, termasuk pada siswa remaja,
sesungguhnya tidak mutlak dalam kondisi benar antara positif dan negatif. Ada
remaja yang sangat menonjol sisi positifnya, tetapi masih lebih banyak lagi
yang sisi negatifnya yang menonjol. Tetapi mengingat kepercayaan diri sangat
berperan penting sebagai pengarah dan penentu perilaku, maka yang harus
diupayakan adalah bagaimana meningkatkan kepercayaan diri yang positif dalam
diri siswa.
Dalam
rangka meningkatkan kepercayaan diri pada siswa SMP kelas VIII digunakan
Layanan bimbingan pribadi sosial. Efektif tidaknya layanan bimbingan pribadi
sosial dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa, sangat tergantung bagaimana
layanan tersebut dikemas. Kalau dilakukan secara klasikal sering kurang efektif
karena siswa merasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu, melalui penelitian ini
mencoba pendekatan lain yang diharapkan dapat lebih menarik yaitu berbasis outbound. Tujuannya, dengan penerapan outbound diharapkan siswa lebih
bersemangat dalam mengikuti layanan bimbingan pribadi sosial, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Kerangka
berfikir tersebut memperlihatkan bahwa pada awalnya siswa mempunyai kepercayaan
diri yang rendah. Kemudian pada rentang waktu tertentu peneliti memberikan
tindakan pada siklus 1 dan 2 dengan menerapkan outbound melalui bimbingan pribadi sosial yang bertujuan untuk
meningkatkan kepercayaan diri pada siswa kelas VIII. Setelah diberikan tindakan
diduga bahwa tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII meningkat.
E.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kajian teori dan kerangka berfikir maka diajukan hipotesis tindakan sebagai
berikut :
·
Ha : Tingkat kepercayaan diri
siswa SMP kelas VIII dapat ditingkatkan melalui bimbingan pribadi sosial berbasis outbound di SMP Negeri 2 T.Riaja.
·
Ho : Tingkat kepercayaan diri
siswa SMP kelas VIII tidak dapat ditingkatkan melalui bimbingan pribadi sosial
berbasis outbound di SMP Negeri 2
T.Riaja.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan kelas.
Penelitian tindakan bimbingan kelas pada dasarnya mengikuti prosedur penelitian
tindakan kelas, dengan fokus penelitian dalam bimbingan dan konseling. Menurut
Arikunto (2009:3), Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR) merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Dede
Rahmat dan Badrujaman (2011) menjelaskan penelitian tindakan merupakan salah
satu strategi yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan
kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah, dengan adanya suatu putaran
kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpilkan bahwa penelitian tindakan bimbingan dan
konseling adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari suatu
masalah, mencari solusi, dan memberikan perbaikan dengan melakukan perencanaan,
melakukan tindakan, melakukan pengamatan, dan melakukan refleksi, sehingga
dapat menghasilkan proses pengembangan dalam bidang bimbingan dan konseling
dalam sekolah tersebut. Dalam penelitian ini akan diteliti tindakan bimbingan
kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa SMP Melalui
Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Berbasis Outbound
(Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling Siswa Kelas VIII SMP N 2 T.Riaja).
B. Subyek Penelitian dan Objek Penelitian
Subyek
penelitian merupakan subyek yang diteliti atau sasaran penelitian (Arikunto,
2006). Pada penelitian ini subyek penelitiannya adalah para siswa kelas VIII
SMP N 2 T.Riaja. Objek penelitian ini adalah meningkatkan kepercayaan diri
siswa melalui layanan bimbingan pribadi sosial berbasis outbound.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada jam bimbingan klasikal yaitu
pada saat jam bimbingan konseling ataupun mengganti jam pelajaran yang kosong.
Penelitian ini dilaksanakan satu kali setiap minggunya yaitu pada hari yang
telah dijadwalkan oleh sekolah. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan
Juni 2018 dan dilaksanakan di ruang kelas VIII ataupun di lapangan belakang SMP
N 2 T.Riaja.
D.
Setting Penelitian
Penelitian
ini menggunakan setting di dalam
kelas ataupun di luar kelas. Data diperoleh pada saat proses bimbingan tersebut
dilaksanakan.
E.
Peran dan Posisi Peneliti
Dalam penelitian
ini, peneliti bertindak sebagai pihak luar yang sedang mengadakan penelitian
dan ingin memberikan kontribusi dalam konteks layanan bimbingan pribadi sosial
di kelas VIII SMP N 2 T.Riaja. Oleh sebab itu, terlebih dahulu peneliti
membicarakan peran dan tugas masing- masing dengan mitra kolaboratif.
Berdasarkan hal tersebut, maka ditetapkan kesepakatan sebagai berikut :
1.
Pelaksana tindakan
Dalam
hal ini, disepakati bahwa peneliti sendiri yang menjadi pelaksana tindakan
perbaikan yang direncanakan.
2. Kolaborator
Kolaborator berperan sebagai pihak yang membantu peneliti
mengumpulkan data dan merencanakan tindakan
perbaikan untuk setiap pertemuan yang akan diadakan. Pekerjaan inti
kolaborator ketika pelaksanaan tindakan adalah sebagai observer proses.
Kolaborator yang dilibatkan adalah kepala sekolah
sebagai pihak yang memahami kondisi siswa. Selain itu, kolaborator yang juga
dilibatkan adalah guru BK di sekolah yang bertugas sebagai pengumpul data untuk
meningkatkan keobjektifan dan tafsiran yang dilakukan atas data yang terkumpul.
F. Prosedur Penelitian
Menurut model
Hopkins (1993) PTK mencakup empat langkah utama setelah adanya identifikasi
masalah. Keempat langkah utama tersebut, yaitu:
1)
perencanaan (planning)
2)
tindakan (acting)
3)
pengamatan (observing)
4)
refleksi (reflecting).
Tahap identifikasi masalah
dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara, FGD (Focus Group Discussion) dan observasi. Tujuannya untuk menemukan
dan merumuskan akar masalah agar mempermudah peneliti membuat perencanaan,
Tahap perencanaan ini digunakan sebagai acuan pemberian tindakan bimbingan.
Tahap tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun. Pada tahap ini peneliti memberikan tindakan kepada siswa sesuai dengan
pokok permasalahan yang diteliti. Pada pelaksanaan tahapan ini peneliti tetap
melakukan observasi, wawancara dan membagikan angket untuk mengetahui hasil
yang dicapai melalui tindakan yang diberikan. Pada tahapan ini peneliti akan
melihat kesesuaian proses dengan pelaksanaan
dan membuat refleksi atas setiap siklusnya.
Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat refleksi. Hal ini
dilakukan setelah tindakan. Refleksi ini berisi renungan dari peneliti dan juga
hasil yang diperoleh melalui observasi dan angket. Pada tahapan refleksi juga
berisi evaluasi proses. Jika peneliti masih belum mencapai tujuan dari patokan
yang telah dibuat maka akan melaksanakan siklus selanjutnya dengan perbaikan
yang menunjang pencapaian tujuan.
G. Tahapan Penelitian
Tahap pertama, peneliti melakukan analisis terhadap situasi yang
terjadi di SMP N 2 T.Riaja. Setelah itu, peneliti mulai menyusun rancangan
penelitian.
1. Identifikasi Masalah
Sebelum
menyusun rencana penelitian, terlebih dahulu peneliti menganalisis situasi
dengan melakukan kegiatan pengumpulan data awal atau studi pendahuluan di SMP N
2 T.Riaja. Tujuannya mendapatkan gambaran yang nyata mengenai tingkat
kepercayaan diri siswa.
2.
Rancangan Siklus Penelitian
(Siklus I)
Sebelum melakukan
tindakan, peneliti menyusun pokok-pokok rencana kegiatan yang akan dilakukan
sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan
Pada kegiatan penelitian ini peneliti membuat perencanaan yaitu :
1)
Mempersiapkan Satuan Pelayanan
Bimbingan dengan topik “Percaya Diri”.
2)
Mempersiapkan lembar kerja
siswa dan handout.
3)
Mempersiapkan panduan permainan
autbund di luar kelas.
4)
Mempersiapkan instrumen
penelitian berupa angket, lembar observasi dan panduan wawancara.
5)
Mempersiapkan peralatan dokumentasi.
b.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada
tahap ini peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah
disusun :
1)
Pembukaan
a)
Peneliti memberikan salam
pembuka dan pengantar.
b)
Pemberian Ice breaking untuk penyegar suasana.
2)
Inti Kegiatan
a)
Tanya jawab pembuka sebagai
pengantar masuk pada kegiatan bimbingan.
b)
Pemberian materi bimbingan.
c)
Kegiatan inti berupa Outbound di luar kelas.
d)
Pemberian kesimpulan.
e)
Pemberian penguatan (reinforcment).
3)
Penutup
a)
Mengisi lembar refleksi
b)
Pemberian dan pengisian angket
c)
Menutup kegiatan
c.
Observasi
Obsevasi dilakukan selama proses
kegiatan bimbingan berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengamati pelaksanaan
tindakan. Hal yang diobservasi yaitu perilaku anak selama mengikuti kegiatan
bimbingan dan sikap peneliti selama memberikan bimbingan
d.
Refleksi
Pada tahap ini, peneliti berdiskusi bersama mitra kolaboratif mengenai pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan selam bimbingan berlangsung. Hal yang dijadikan sebagai bahanrefleksi
yaitu kelebihan dan kekurangan selama bimbingan berlangsung.
2.
Siklus II
Siklus ini dilakukan sebagai perbaikan terhadap
kekurangan-kekurangan yang masih ditemukan pada siklus 1 agar hasilnya lebih maksimal. Perencanaan
pada siklus ini dilakukan oleh peneliti, mitra kolaborator, dan pengamat
berdasarkan refleksi pada siklus 1. Siklus II meliputi perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi kegiatan, dan
refleksi.
a. Tahap perencanaan
Perencanaan tindakan pada siklus II ini sama dengan perencanaan
tindakan pada siklus I. Pada siklus
II peneliti memberikan topik bimbingan “Komunikasi dalam Kerjasama dalam
membangun Kepercayaan Diri”
b. Pelakasanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan rencana
yang telah disusun.
1)
Pembukaan
a)
Peneliti memberikan salam pembuka
dan pengantar.
b)
Pemberian Ice breaking untuk penyemangat kegiatan
2) Inti Kegiatan
Pelaksanaan upaya perbaikan pada
siklus II dilakukan sesuai tahapan dalam SPB dengan memperhatikan hasil
refleksi pada siklus I. Layanan
bimbingan klasikal pada siklus II diharapkan siswa lebih terlibat dalam seluruh
kegiatan dan aktif.
a) Tanya jawab pembuka sebagai pengantar masuk pada kegiatan bimbingan.
b) Pemberian materi bimbingan.
c) Kegiatan inti berupa Outbound di
luar kelas.
d) Pemberian kesimpulan.
3) Penutup
a) Mengisi lembar refleksi
b) Pemberian dan pengisian angket
c) Menutup kegiatan
d. Observasi
Obsevasi dilakukan selama proses kegiatan bimbingan
berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengamati pelaksanaan tindakan. Hal yang
diobservasi yaitu perilaku anak selama mengikuti kegiatan bimbingan dan sikap
peneliti selama memberikan bimbingan. Saat melakukan observasi, peneliti
dibantu mitra kolaboratif dalam mengamati proses jalannya kegiatan bimbingan.
e. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti berdiskusi bersama mitra
kolaboratif mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan selama bimbingan
berlangsung. Hal yang dirasa masih kurang optimal akan diperbaiki. Setelah
tindakan dilakukan, peneliti segera mengolah data yang telah didapatkan melalui
angket, observasi, dan wawancara dari setiap siklusnya untuk kemudian
dianalisis.
Refleksi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan yang terjadi saat bimbingan tiap siklusnya. Hasil dari
diskusi bersama mitra kolaborator dan identifikasi melalui alat pengumpul data,
akan digunakan.
H. Teknik Pengumpulan data
Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu :
1.
Skala/Angket.
Penyebaran skala kepercayaan diri dilakukan pada setiap akhir
bimbingan. Penyebaran skala ini bertujuan untuk membandingkan hasil pre test dan post test setelah diberikan perlakuan.
2.
Pengamatan/Observasi
Observasi dilakukan oleh mitra kolaborator yang mengamati selama
proses bimbingan dilaksanakan tiap siklus. Observasi dilakukan dengan lembar
panduan observasi yang disusun oleh peneliti. Observer memberikan penilaian
sesuai lembar panduan observasi, serta menuliskan apa saja yang terjadi pada
setiap siklusnya, sebagai catatan untuk peneliti dalam berefleksi serta
merencanakan tindakan untuk siklus berikutnya.
3.
Wawancara
Sanjaya (2011: 96) menjelaskan bahwa
wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik
secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu untuk mendapatkan
informasi-informasi. Wawancara dilakukan setelah kegiatan bimbingan terlaksana.
Peneliti mewawancarai siswa yang terlihat kurang percaya diri berdasarkan hasil
observasi.
4.
Studi Dokumen
Dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah foto selama proses penelitian tindakan bimbingan dan
konseling berlangsung dan catatan lapangan yang disusun oleh mitra kolaboratif.
I. Instrumen Penelitian
Menurut Winkel (2004) pengumpulan
data bertujuan untuk mendapatkan pengertian yang luas, lebih lengkap dan lebih
mendalam tentang subjek yang diteliti, serta membantunya memperoleh pemahaman
akan diri sendiri. Oleh karena itu peneliti menggunakan instrumen pengumpulan
data sebagai berikut :
1.
Skala Kepercayaan Diri.
Skala kepercayaan diri digunakan untuk mengukur tingkat
kepercayaan diri siswa pada saat bimbingan di kelas.
2.
Pedoman Pengamatan/Observasi
Pedoman observasi merupakan instrumen
utama yang digunakan untuk mengumpulkan data proses dalam PTK. Observasi
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kepercayaan diri.
3.
Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara disusun untuk
menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui
observasi dan pengisian skala. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini adalah wawancara terstruktur.
4.
Studi Dokumen
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah catatan lapangan, foto, dan
hasil evaluasi kegiatan selama proses layanan bimbingan berlangsung. sebagai pertimbangan merencanakan pemberian
tindakan bimbingan pada siklus selanjutnya.
J. Teknik Analisis Data
Dede Rahmat (2012: 170) menyatakan
bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Teknik analisis
data pada penelitian ini adalah:
(1) reduksi data, yaitu proses menyederhanakan data dengan melakukan
seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang
bermakna.
(2) paparan data, yaitu
menampilkan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif dan
tabular.
(3) penyimpulan data, yaitu
mengambil intisari dari sajian data yang telah
terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat. Saat pelaksanaan penelitian
tindakan ini, ada dua jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti, yaitu:
1.
Data Kuantitatif
Data yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti
menggunakan analisis statistik, yaitu mencari nilai jumlah, rata-rata hasil
kepercayaan diri siswa dalam tiap siklusnya. Skala kepercayaan diri dalam
penelitian ini berjenis skala perbedaan semantik. Azwar (2003) menjelaskan
bahwa perlu mengkategorikan skor subjek dan skor butir item berdasarkan
kriteria kategori.
2.
Data Kuantitatif
Data kualitatif merupakan data yang berupa informasi, berbentuk
kalimat yang memberi gambaran tentang tingkat kepercayaan diri siswa, pandangan
atau sikap siswa, serta antusiasme
siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan pribadi sosial.
a.
Analisis Data Observasi
Data hasil observasi diolah dan dianalisis setelah penelitian
tindakan diberikan, pada setiap siklusnya. Hasil data diolah secepat mungkin
agar dapat menjadi bahan perbaikan untuk siklus selanjutnya. Peneliti
mendapatkan hasil observasi dari pengamatan mitra kolaboratif kemudian peneliti
menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah diberikan.
b.
Analisis Data Wawancara
Data yang diperoleh melalui wawancara dicatat oleh peneliti dan
kemudian dianalisis sesuai dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh
siswa mengenai kegiatan bimbingan pribadi sosial, kemudian peneliti melakukan
pengkodean sesuai pernyataan siswa, dan akhirnya memberikan kesimpulan atas
hasil wawancara tersebut.
K. Kriteria Keberhasilan
1.
Kuantitatif
Herbert, Robin & Ortrun (2002),
penelitian tindakan sebagai sebuah proses yang mengejar untuk suatu perbaikan
di situasi praktis tanpa menentukan tujuan secara kenyataan untuk dapat
tercapai. Jadi, dalam penelitian tindakan ini tidak ada patokan yang pasti bagi peneliti untuk menentukan seberapa
besar target yang harus tercapai pada tiap siklus, namun peneliti tetap mencoba
mengusahakan suatu target peningkatan. Penelitian tindakan bimbingan dan
konseling ini memiliki kriteria keberhasilan yang ditentukan peneliti melalui
perhitungan nilai awal berdasarkan pada pra tindakan. Kriteria keberhasilan
penelitian, menjadi tolak ukur keberhasilan yang harus dicapai. Kriteria
keberhasilan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel Kriteria
Keberhasilan
Perubah
|
Indikator
|
Kriteria
keberhasilan
|
||
Pra
|
Siklus 1
|
Siklus
2
|
||
Tingkat
kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran
|
a.
Rata-rata skor kepercayaan
diri
siswa
b.
Jumlah subjek yang mengalami peningkatan setiap siklusnya
|
45%
-
|
65%
18
|
80 %
22
|
2. Kualitatif
a. Siswa memperhatikan penjelasan guru
Siswa dapat menghargai guru saat
menjelaskan didepan kelas, dan siswa dapat menjaga ketenangan kelas.
b. Bertanya pada guru dan merespon pertanyaan dari guru
Siswa
berani bertanya pada guru, pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan pada
materi yang dipelajari pada saat proses belajar mengajar. Siswa menjawab
pertanyaan guru dengan tenang jika guru bertanya kepada siswa.
c. Siswa merasa gembira mengikuti kegiatan bimbingan pribadi sosial.
d. Siswa merasa senang mengikuti kegiatan bimbingan pribadi sosial.
Siswa menampilkan diri riang dan ceria saat kegiatan bimbingan berlangsung.
e. Berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan pribadi sosial, Siswa tidak
hanya berdiam diri ketika kegiatan, namum siswa terlibat aktif dalam kegiatan
bimbingan.
Klau masih kurang mohon masukannya ya guys
BalasHapusdaftar pustaka tidak dicantumkan
HapusLanjutkan tulisannya
BalasHapusSiap, makasih pak
HapusLanjutkan
BalasHapusSangat bermanfaat...
BalasHapusSangat bermanfaat...
BalasHapusBagus dan juga mudah dipahami .
BalasHapusBagus dan juga mudah dipahami .
BalasHapusSangat bermanfaat dan mudah di pahami. Semoga dapat di manfaatkan orang banyak
BalasHapusAmin🙏🙏🙏🙏
HapusTulisannya bukan kaleng-kaleng
BalasHapusSangat bermanfaat ,mudah dipahami dan luar biasa
BalasHapusbagus sekali,sangat bermanfaat,boleh tambahkan daftar pustakanya pak,,mksh
BalasHapusbermanfaat
BalasHapusmantap
BalasHapus