Sabtu, 19 Januari 2019

Proposal PTBK (UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP N 2 T.RIAJA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL BERBASIS “OUTBOUND”)


UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP N 2 T.RIAJA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL BERBASIS “OUTBOUND”
BK
PROPOSAL
Disajikan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi Tugas mata kuliah Etika Profesi Bimbingan Konseling
Dosen Pembimbing : RENY ANGGRAENY, S.Pd.,M.pd.

Oleh
KURNIAWAN MUHLIS
915862010022
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
STKIP MUHAMMADYAH BARRU
2018


HALAMAN PERSETUJUAN/PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
LAPORAN PROPOSAL
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP N 2 T.RIAJA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL BERBASIS “OUTBOUND”


OLEH
         NAMA
NPM
KURNIAWAN MUHLIS

915862010022



            Telah diperiksa, dan disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing



RENY ANGGRAENY, S.Pd.,M.pd.
NIP.       









PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Proposal ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam proposal ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

T.Riaja, 11 November 2018


KURNIAWAN MUHLIS





























KATA PENGANTAR
Disiplin sangat penting khususnya bagi perkembangan siswa dan diperlukan supaya mereka dapat belajar dan berperilaku dengan cara yang dapat diterima lingkungan dimana ia berada. Usia siswa yang masih remaja cenderung memiliki tingkat emosi yang masih labil, mereka belum paham akan keadaan diri mereka sendiri dan lingkungan sekolah sehingga sering kali mereka melanggar peraturan sekolah dengan tidak berperilaku disiplin. Dalam penelitian ini perilaku disiplin siswa akan ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok, sehingga layanan bimbingan kelompok seperti apa yang diharapkan dapat meningkatkan perilaku disiplin siswa di sekolah.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Smp N 2 T.Riaja Melalui Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Berbasis “Outbound (Penelitian Pada Siswa Kelas 8 Di SMP N  2 T.RIAJA)”. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada tauladan kita Rasulullah SAW.
Penyusun menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dan kerjasama dari beberapa pihak yang telah berkenan membantu dalam penyelesaian Proposal ini, Semoga Proposal ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam dunia pendidikan dan bagi pembaca pada khususnya (amin).
T.Riaja,11 November 2018




KURNIAWAN MUHLIS







DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan.................................................................................................       i
Pernyataan Keaslian Tulisan....................................................................................      ii
Kata Pengantar...................................................................................................... .iii
Daftar Isi............................................................................................................... .iv
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah........................................................................      1
B.     Identifikasi Masalah..............................................................................      4
C.     Pembatasan Masalah..............................................................................      4
D.    Rumusan Masalah..................................................................................      5
E.       Tujuan Penelitian..................................................................................      5
F.       Manfaat Penelitian................................................................................      6
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.    Hakikat kepercayaan diri..................................................................... ....... 7
B.     Layanan Bimbingan pribadi sosial...................................................... ..... 11
C.     Hakikat Outbound.............................................................................. ..... 14
D.    Kerangka Pikir..................................................................................... ..... 20
E.     Hipotesis Tindakan.............................................................................. ..... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian.................................................................................... ..... 22
B.     Subyek Penelitian dan objek penelitian............................................... ..... 23
C.     Waktu dan tempat Penelitian.............................................................. ..... 23
D.    Setting Penelitian................................................................................ ..... 23
E.     Peran dan posisi peneliti...................................................................... ..... 23
F.      Prosedur Penelitian.............................................................................. ..... 24
G.    Tahapan Penelitian.............................................................................. ..... 25
H.    Tekhnik Pengumpulan data................................................................. ..... 30
I.       Instrumen Penelitian............................................................................ ..... 31


J.       Tekhnik analisis data........................................................................... ..... 32
K.    Kriteria Keberhasilan........................................................................... ..... 34



                                                           


BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Masa SMP adalah masa dimana seseorang berusia 12 sampai 15 tahun, secara umum termasuk dalam kategori remaja. Pada masa remaja, terjadi peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Dalam masa peralihaan ini sebagian besar remaja masih labil dalam menentukan keputusan, mencari identitas diri, dan mencoba mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam usia tersebut, remaja mempunyai tugas perkembangan yang sangat menuntut perubahan besar dalam bersikap dan berperilaku. Kepercayaan diri (self confidence) merupakan salah satu aspek kepribadian pada seseorang dalam menghadapi dan menyikapi kehidupannya, sehingga seseorang akan mampu mengaktualisasikan segala potensi dirinya
(Ghufron dan Risnawati, 2012). Remaja yang memiliki kepercayaan diri tidak akan memandang kelemahan dan keterbatasan yang dimilikinya sebagai sebuah hambatan, melainkan sebagai batu loncatan untuk meraih keberhasilan (Rini, 2010).
Kepercayaan diri pada remaja, terbentuk karena adanya pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Ketiga faktor itu sangat mempengaruhi dalam pembentukan kepercayaan diri remaja. Sebagai contoh, kalau keluarga terlalu over protektif mengatur apa-apa yang harus dilakukan si anak, anak boleh ini dan tidak boleh itu, menganggap anak belum bisa berbuat apa-apa tanpa arahan keluarga, maka akan terbentuk kepercayaan diri yang rendah, sehingga anak merasa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Berbeda bila dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak selalu diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi-potensinya, maka kepercayaan diri pada anak akan tumbuh.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah sangat mempengaruhi terbentuknya kepercayaan diri remaja, karena di lingkungan sekolah para remaja berinteraksi, baik dengan teman sebaya maupun dengan guru. Lingkungan sekolah juga merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, dan tempat mengembangkan semua potensi yang ada pada diri siswa. Dengan memiliki kepercayaan diri, maka remaja akan mudah bergaul secara fleksibel, mempunyai toleransi yang  cukup baik, bersikap positif, dan tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak, serta mampu menentukan langkah yang pasti dalam kehidupannya (Ghufron dan Risnawati, 2012).
Realitasnya, disekolah tidak setiap siswa mempunyai kepercayaan diri yang cukup. Masih banyak siswa yang mengalami kurang percaya diri, sehingga sangat berpengaruh pada perkembangan siswa itu sendiri, seperti di SMP Negeri 2 T.Riaja khususnya kelas VIII. Siswa di SMP Negeri 2 T.Riaja khususnya kelas VIII banyak yang memiliki kepercayaaan diri yang rendah, hal ini ditunjukan dengan adanya perilaku siswa yang bila disuruh maju kedepan tidak mau dan hanya diam saja, tidak ada siswa yang berani bertanya kepada guru pada saat guru memberikan materi  pembelajaran, mempunyai rasa malu, minder, takut.

Maka dari itu kepercayaan diri pada kelas VIII SMP Negeri 2 T.Riaja harus ditingkatkan sehingga tidak mempengaruhi perkembangan akademik, pengembangan minat dan bakat, maupun perkembanganya dalam menjalin relasi dengan orang lain. Kepercayan diri yang rendah dalam hal akademik menyebabkan anak merasa malu dan takut bertanya pada guru, sehingga mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Secara tidak langsung dapat menyebabkan kepercayaan diri yang rendah. Dalam hal pengembangan minat dan bakat, anak merasa kesulitan dalam menyalurkan bakat dan minat yang dimilikinya sehingga bakat dan minat yang mereka miliki tidak tersalurkan dengan baik. Selain itu dalam relasi sosialnya, anak akan banyak menutup diri, dan sulit menjalin relasi dengan orang lain sehingga anak itu selalu minder, merasa rendah diri, tidak pandai bergaul ,mudah pesimis, mudah putus asa. Bahkan mereka merasa kurang mampu dalam menyesuaikan diri dengan siswa lain.
Untuk mengatasi siswa yang kurang percaya diri diperlukan pendampingan khusus, dalam bentuk layanan bimbingan pribadi sosial, yang dimaksudkan agar siswa dapat menghadapi masalahnya, dan mengelola diri sendiri, serta menjalin hubungan yang baik dengan sesamanya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Pemberian layanan bimbingan pribadi sosial harus menggunakann cara yang menarik sehingga membuat siswa senang dalam mengikuti bimbingan, salah satunya dengan menggunakan kegiatan outbound. Maka dari itu peneliti memilih judul penelitian sebagai berikut :“Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa SMP Melalui Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Berbasis Outbound (Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 T.Riaja.
B.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ditemukan masalah-masalah sebagai berikut:
1.  Dalam kenyataannya terlihat ada indikasi siswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah, dan perlu mendapatkan perhatian sebagai solusi untuk mengatasinya.
2.  Sebagian besar siswa di SMP Negeri 2 T.Riaja, khususnya kelas VIII memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, hal ini terlihat dari perilaku mereka yang kurang percaya diri seperti tidak berani maju kedepan, kalau ditanya hanya diam saja, malu bertanya, dan takut salah dengan apa yang dilakukannya.
3.  Bimbingan Pribadi sosial dengan menggunakan outbound belum diketahui hasilnya.
4.  Bimbingan yang kurang diberikan oleh Guru BK kelas VIII SMP Negeri 2 T.Riaja, sehingga menjadi salah satu penyebab kepercayaan diri rendah.
C.  Pembatasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini sangat luas dan cukup kompleks. Maka dari itu peneliti merasa perlu untuk memberikan pembatasan masalah agar penelitian ini lebih fokus dan sesuai dengan tujuan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah “ Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Bimbingan Pribadi Sosial Berbasis Outbound Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 T.Riaja.”
D.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka penulis mengajukan rumusan masalah penelitian, yaitu :
1.  Apakah tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII dapat ditingkatkan melalui bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound di SMP Negeri 2 T.Riaja?
2.  Seberapa tinggi peningkatan kepercayaan diri siswa setelah melalui bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound pada setiap siklusnya?
3.  Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kepercayaan diri siswa setelah melalui bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound antar siklusnya?
E.  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.  Meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VIII melalui bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound di SMP Negeri 2 T.Riaja.
2.  Mengetahui seberapa tinggi peningkatan kepercayaan diri siswa melalui bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound pada setiap siklusnya.
3.  Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan tingkat kepercayaan diri siswa secara signifikan melalui bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound antar siklusnya.


F.   Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu :
1.  Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususunya dalam bidang ilmu Bimbingan dan Konseling, menyangkut upaya peningkatan kepercayaan diri siswa dengan pemanfaatan outbound dalam pemberian layanan bimbingan pribadi sosial.
2.  Manfaat Praktis
a.     Bagi Guru BK
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri pada siswa melalui layanan bimbingan pribadi sosial dengan berbasis outbound.
b.    Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa, sehingga dapat berkembang secara optimal, dan menyadarkan siswa akan perilaku dan sikapnya saat ini.
c.     Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk menerangkan ilmu yang telah didapat selama kuliah di program Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam praktek penelitian secara ilmiah, khususnya mengenai upaya meningkatkan kepercayaan diri siswa melalui pemberian layanan bimbingan pribadi sosial berbasis outbound.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.  Hakikat Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri (self confidence) adalah salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam diri seseorang. Dengan memiliki kepercayaan diri, seseorang akan menyadari bahwa di satu sisi ia memiliki potensi sedangkan di sisi lain memiliki kelemahan (Margaretha Rini, 2010). Maksudnya, dengan memiliki rasa percaya diri, di satu sisi seseorang sangat percaya pada potensi yang ada dalam dirinya dan berkeyakinan akan mampu mengaktualisasikan segala potensi yang ada dalam dirinya tersebut, di sisi lain ia akan sangat menyadari keterbatasan dan kelemahannya sebagai manusia, sehingga mungkin saja melakukan berbagai kesalahan dan kekhilafan, tetapi akan selalu berjuang mengoreksinya agar semakin lebih baik .
Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang. Kepercayaan diri sangat diperlukan, baik oleh seorang anak maupun orang tua, secara individual maupun kelompok (Ghufron dan Risnawati, 2012).
Ghufron dan Risnawati (2012) pernah mencatat beberapa pengertian kepercayaan diri menurut beberapa pakar psikologi. Beberapa diantaranya, Willis (1985) mengartikan kepercayaan diri sebagai keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kemampuan untuk menanggulangi suatu masalah dengan baik, dan dia juga yakin kalau mampu memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain.
Anthony (1992) mengartikan kepercayaan diri sebagai sikap dalam diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek di sekitarnya, sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuanya. Dengan kata lain, kepercayaan diri adalah keyakinan pada diri subyek sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggungjawab, rasional dan realistis.
Kepercayaan diri yang melekat pada diri individu bukan bawaan sejak lahir melainkan hasil proses belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian kepercayaan diri adalah hasil proses panjang, tidak didapat secara instan (Lusi, 2010). Setiap orang sering berhadapan dengan rangsangan dari luar, baik yang disadari maupun tidak disadari sehingga setiap orang akan merespon dan mempersepsikanya.
Individu menjadi pribadi yang percaya diri atau tidak, sangat tergantung dari individu tersebut. Individu yang memiliki rasa percaya diri memiliki kemampuaan untuk menjawab tantangan yang ada di lingkungannya. Ketika individu berhasil mengatasi permasalahannya sangat mungkin dia akan percaya diri, tetapi sebaliknya kegagalan dalam menyelesaikan permasalahannya akan membuatnya tidak percaya diri (Iswidharmanjaya, 2004 dalam Rini, 2010).
Hakim (2005) menjelaskan, terbentuknya rasa percaya diri yang sangat kuat terjadi melalui beberapa proses. Pertama, terbentuknya kepribadian yang baik sesuai proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. Kedua, pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya sehingga melahirkan keyakinan yang kuat bahwa ia bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan tersebut. Ketiga, pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya sehingga tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit untuk menyesuaikan diri. Keempat, pengalaman dalam menjalankan berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.  Kekurangan dalam salah satu proses tersebut, menjadikan seseorang mengalami hambatan untuk mendapatkan rasa percaya diri.
Sebagai contoh individu-individu yang mengalami hambatan-hambatan dalam perkembangannya ketika bersosialisasi akan mengakibatkan individu tersebut cenderung tertutup dan rendah diri, yang bila dibiarkan terus akan mengakibatkan kurang percaya diri.
Lie (2006) menyebutkan beberapa ciri individu yang mempunyai kepercayaan diri, yaitu yakin kepada diri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan tidak ragu- ragu, merasa dirinya berharga, tetapi tidak menyombongkan diri dan memiliki keberaniaan untuk bertindak.
Hakim (2005) menyebutkan beberapa ciri individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi, antara lain selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu, mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai, dan mampu menetralisir ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi, memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya, memiliki kecerdasan yang cukup, memiliki tingkat pendidikan formal yang memadai, serta memiliki keahlian atau ketrampilan yang menunjang kehidupannya, tetap tegar, sabar dan tabah menghadapi persoalan dan tantangan hidup.
Ghufron dan Risnawati (2012) menegaskan bahwa kepercayaan diri individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a.     Konsep diri
Menurut Antony (dalam Ghufron dan Risnawati, 2012) terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperolehnya melalui pergaulan dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri.
b.    Harga diri
Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Tingkat harga diri seseorang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan seseorang.
c.     Pengalaman
Pengalaman masa lalu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri. Ketika seseorang sering mengalami kegagalan, sering kalah dalam persaingan.
d.    Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan seseorang tersebut, tergantung dan berada di bawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai dari dirinya. Sebaliknya orang yang mempunyai pendidikan tinggi, akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan dengan orang yang memiliki pendidikan yang rendah.
B.   Layanan Bimbingan Pribadi Sosial
Menurut Yusuf (2008 : 11) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi sosial merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan karakteristik pribadi serta ragam
permasalahan yang dihadapi individu. Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk perkembangan kepribadian yang menyangkut dirinya sendiri, serta hubungannya dengan orang lain, dan bidang perencanaan masa depan yang menyangkut jabatan yang akan dipangku kelak.
Menurut Winkel (2004) istilah bimbingan pribadi sosial digunakan bila isi pelayanan bimbingan terutama mengenai hal-hal yang menyangkut keadaan batinnya sendiri dan kejasmaniaanya sendiri, atau Bimbingan Pribadi lain.
Jadi bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada pribadi atau individu agar mereka mengenal dirinya, mengenal permasalahannya, dan dapat memecahkan masalah-masalah pribadi sosial, sehingga terjadi perubahan sikap, perilaku individu tersebut.

Gunawan (1992) menegaskan bahwa tujuan bimbingan pribadi sosial yang utama adalah memberikan bantuan kepada individu agar individu itu dapat berkembang secara optimal. Winkel (2004) menegaskan bahwa tujuan bimbingan pribadi sosial adalah agar individu yang diberikan bimbingan menjadi mampu menghadapi semua tugas perkembangannya, secara sadar dan bebas, serta mewujudkan kesadaran dan kebebasan dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana, serta dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Bantuan itu tidak hanya berfungsi bila seseorang sudah menghadapi suatu masalah aktual yang harus segera diselesaikannya dengan membuat pilihan atau mengambil tindakan penyesuaian diri, tetapi sudah dapat berfungsi jauh sebelumnya, bila orang menyadari bahwa aneka tugas hidup menantang dia untuk mengembangkan segala potensinya.
3.    Fungsi Bimbingan Pribadi Sosial
Fungsi bimbingan pribadi sosial yang diungkapkan Rima, Puspita (2007) adalah :
a.     Membantu individu       bertumbuh       dan      berkembang sesuai      dengan potensinya.
b.    Membantu individu memahami dirinya sendiri yaitu menyadari kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya.
c.     Belajar berkomunikasi yang lebih sehat dan baik dengan lingkungannya.
d.    Melalui bimbingan pribadi sosial diharapkan individu dapat bertahan. dengan keadaan masa kini, dapat menerima keadaan dengan lapang dada, dan mengatur kembali kehidupannya dengan kondisi yang baru.
4.    Aspek-aspek Bimbingan Pribadi Sosial
Menurut Surya dan Winkel (dalam Tohirin, 2007 : 123), aspek-aspek persoalan individu yang membutuhkan layanan bimbingan pribadi sosial adalah sebagai berikut :
a.    Kemampuan individu memahami dirinya sendiri.
b.    Kemampuan individu mengambil keputusan.
c.    Kemampuan individu memecahkan masalah yang menyangkut keadaan batinnya sendiri.
d.   Kemampuan individu melakukan sosialisasi dengan lingkungannya.
e.    Kemampuan individu melakukan adaptasi.
f.     Kemampuan individu melakukan hubungan sosial (interaksi sosial) dengan lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
5.    Efektifitas Layanan Bimbingan Pribadi Sosial dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri.
Setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka dalam proses belajar mengajarnya pasti berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, dengan adanya perbedaan tersebut maka akan menimbulkan permasalahan. Permasalahan itu bisa berasal dari keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
Melalui layanan bimbingan pribadi sosial adalah jenis bimbingan  yang bertujuan membantu individu dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi sosial (Nurhisan, 2006: 16). Mengingat masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, maka remaja sering mengalami kurang percaya diri. Melalui layanan bimbingan pribadi sosial para remaja dibantu untuk menyelesaikan permasalahannya yang berkaitan dengan masalah pribadi sosialnya. Sehingga pada usia remaja, perlu adanya penanganan sejak dini, sehingga dapat melakukan pencegahan dan perbaikan agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Dalam hal ini yang sangat berperan aktif adalah guru, karena sebagian besar waktu para siswa dihabiskan di sekolah. Maka dari itu guru memberikan layanan bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa.
C.  Hakikat Outbound
1.    Pengertian Outbound
Outbound adalah segala kegiatan yang dilakukan di luar kelas atau di alam terbuka. Fungsi utamanya untuk rekreatif atau bersenang-senang, walaupun ada juga yang dmanfaatkan sebagai sarana pendidikan untuk membina watak dan kepribadian sekaligus wahana pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan
Outwardbound (2009) menegaskan bahwa kegiatan outbound adalah sebuah petualangan yang berisi tantangan, bertemu dengan sesuatu yang tidak diketahui tetapi penting untuk dipelajari, belajar tentang diri sendiri, tentang orang lain. Melalui outbound seseorang bisa mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilainya langsung dari pengalaman lapangan (learning by doing). Kegiatan tersebut diharapkan bisa memunculkan sikap saling mendukung, komitmen, rasa puas, dan memikirkan masa yang akan datang. Oleh karena itu menurut Outwardbound (2009). Outbound dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran . Outbound sejauh ini dapat dianggap sebuah simulasi dari kehidupan yang sesungguhnya yang sangat komplek, kehidupan itu disimulasikan sehingga anak bisa mempelajari miniatur kehidupan dengan segala permasalahannya. Selain itu melalui outbound, orang bisa belajar melalui pengalaman (experiential learning). Pembelajaran melalui kegiatan outbound cocok bagi remaja karena mengandung banyak hiburan yang membuat mereka bergembira dan berbagai tantangan yang ada membuat mereka bisa belajar mengatasinya.
2.    Tujuan Outbound
Menurut Hamid Bahari (2010) untuk para siswa selaku remaja mengikuti kegiatan outbound pada dasarnya bertujuan  untuk mengembangkan berbagai komponen perilaku siswa sehingga membantu mereka mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang ideal baik untuk masa depan maupun kehidupan sehari-hari sekarang. Secara lebih spesifik, outbound dilakukan untuk tujuan sebagai berikut :
a.     Membuka wawasan baru dalam berinteraksi dengan linkungan sosial serta bekerjasama dengan orang lain.
b.    Memberikan pengalaman untuk mandiri dan menyelesaikan masalah.
c.     Meningkatkan kemampuan ,kreatif dalam menyelesaikan masalah.
d.    Belajar untuk berkomunikasi secara efektif.
e.     Meningkatkan kepercayaan diri.



3.    Jenis-jenis Outbound
Menurut Hamid Bahari (2010) terdapat bermacam-macam permainan dalam outbound dan tujuan outbound serta prosedurnya dalam bermain outbound diantaranya adalah:
1)          Trust Fall
Tujuannya:
a.     Menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta.
b.    Menumbuhkan rasa percaya pada teman.
c.     Menumbuhkan tanggung jawab.
d.    Melatih kerjasama kelompok.
e.     Menumbuhkan keberanian untuk mengambil resiko.
Prosedurnya :
a)           Salah seorang peserta diminta untuk berdiri dan membelakangi peserta lain.
b)          Peserta lainya berada dibelakang lalu kedua tangan berada dibelakang punggung peserta yang ada didepannya dan dikasih jarak 15 cm.
c)           Kemudian peserta yang berada didepan disuuh untuk menjatuhkan diri dan peserta yang belakang berusaha menahan dari belakang.
2).   Human Ladder
Tujuan:
a.     Menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta.
b.    Menumbuhkan tanggung jawab dalam diri peserta
c.     Melatih kegigihan dalam mencapai tujuan.
d.    Membuat peserta menjadi aktif.
Prosedurnya :
a)     Peserta berdiri sejajar dan berpasangan berhadap-hadapan.
b)     Setiap pasangan memegang kayu sehingga terlihat seperti anak tangga.
c)       Ketinggian kayu yang dipegang bisa bervariasi sesuai dengan keinginan masing-masing pasangan.
d)     Salah satu peserta yang tidak ikut memegang kayu diminta untuk menaiki anak tangga tersebut.
e)   Pasangan yang sudah dilewati berpindah kedepan untuk membuat anak tangga berikutnya.
f)     Setelah 5 menit, peserta yang memegang kayu bergantian.
4.    Manfaat Outbound
Menurut Hamid Bahari (2010) manfaat outbound memberikan masukan yang positif dalam perkembangan kedewasaan seseorang. Kedewasaan itu terbentuk mulai dari pembentukan kelompok, bagaimana cara bekerja sama. Bersama-sama dilatih mengambil keputusan termasuk siap menerima segala konsekuensinya. Setiap kelompok akan dilatih untuk tanggung jawab dan siap menerima segala tantangan.
Tujuan utama kegiatan outbound adalah melatih para peserta untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, membentuk sikap professionalisme dan tercapainya kinerja yang diidealkan. Sikap dan perilaku profesionalisme yang bisa terbentuk outbound meliputi :
1).  Terbentuknya suatu komitmen yang utuh dari setiap peserta melalui 4C, yaitu :
a)     Peningkatan kompetensi (competency).
b)    Pembentukan konsepsi (conception) pemikiran yang komprehensif.
c)     Terjadinya hubungan ( connection ) yang semakin erat antara peserta.
d)    Munculnya keyakinan akan kepercayaan (confidence) diri akan kemampuan masing-masing pesera yang akan berpengaruh dalam membangun rasa memiliki
2).   Pola perilaku yang berkarakter
Melalui pelatihan dalam outbound akan semakin disiplin, bertanggung jawab, berorientasi ke masa depan, mengutamakan tugas pengabdian, memiliki sikap, etika dan etos kerja yang tinggi.
3).  Meningkatkan semangat kerja dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta meningkatkan keberanian peserta dalam mengambil setiap resiko (risk taking) dari setiap tantangan yang dihadapi.
4.) Team building yang solid Melalui pelatian dalam outbound akan terbangun saling pengertian, kerja sama, koordinasi, menghargai perbedaan, dengan demikian akan terbangun team yang solid.
5). Peningkatan kematangan Emotional Question (EQ), Melalui program Olahrasa yang menjadi porsi perhatian outbound akan membantu peserta semakin matang dalam Emotional Question (EQ) bahkan Spiritual Quotion (SQ) sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam setiap penyelesaian tugas-tugas yang dihadapi.


5.    Hasil Penelitian Sebelumnya / Penelitian yang relevan
Berdasarkan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan, diantaranya adalah :
a.     Penelitian Ristin Rahmawati (2010) yang berjudul Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Klasikal dengan menggunakan media Permainan Titian Balok. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Surwohdukuh yang berjumlah 21 siswa yang terdiri 14 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Metode yang digunakan untuk membantu para siswa tersebut adalah dengan media permainan titian balok dan metode bimbingan pribadi sosial klasikal. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan pres-test dan post-test, dimana terdapat peningkatan sekor itemdan skor subyek pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat adanya peningkatan kepercayaan diri secara signifikan pada siswa kelas III SD Surwohdukuh setelah mengikuti layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permaianan titian balok.
b.     Penelitian Yusika Dwi Martafani (2010) yang berjudul Upaya Peningkatan Percaya Diri Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Aktivitas Outbound. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Kalasan Yogyakarta yang berjumlah 25 siswa yang terdiri 18 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Metode yang digunakan untuk membantu para siswa tersebut adalah dengan media permainan aktivitas berbasis aktivitas outbound dan metode bimbingan kelompok. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan pres-test dan post- test, dimana terdapat peningkatan sekor item dan skor subyek pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat adanya peningkatan kepercayaan diri secara signifikan pada siswa kelas VIII A SMP Kalasan Yogyakarta setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok melalui bimbingan kelompok berbasis outbound.
Kepercayaan diri pada setiap orang, termasuk pada siswa remaja, sesungguhnya tidak mutlak dalam kondisi benar antara positif dan negatif. Ada remaja yang sangat menonjol sisi positifnya, tetapi masih lebih banyak lagi yang sisi negatifnya yang menonjol. Tetapi mengingat kepercayaan diri sangat berperan penting sebagai pengarah dan penentu perilaku, maka yang harus diupayakan adalah bagaimana meningkatkan kepercayaan diri yang positif dalam diri siswa.
Dalam rangka meningkatkan kepercayaan diri pada siswa SMP kelas VIII digunakan Layanan bimbingan pribadi sosial. Efektif tidaknya layanan bimbingan pribadi sosial dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa, sangat tergantung bagaimana layanan tersebut dikemas. Kalau dilakukan secara klasikal sering kurang efektif karena siswa merasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu, melalui penelitian ini mencoba pendekatan lain yang diharapkan dapat lebih menarik yaitu berbasis outbound. Tujuannya, dengan penerapan outbound diharapkan siswa lebih bersemangat dalam mengikuti layanan bimbingan pribadi sosial, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa.

Kerangka berfikir tersebut memperlihatkan bahwa pada awalnya siswa mempunyai kepercayaan diri yang rendah. Kemudian pada rentang waktu tertentu peneliti memberikan tindakan pada siklus 1 dan 2 dengan menerapkan outbound melalui bimbingan pribadi sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri pada siswa kelas VIII. Setelah diberikan tindakan diduga bahwa tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII meningkat.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :
·      Ha : Tingkat kepercayaan diri siswa SMP kelas VIII dapat ditingkatkan melalui   bimbingan pribadi sosial berbasis outbound di SMP Negeri 2 T.Riaja.
·      Ho : Tingkat kepercayaan diri siswa SMP kelas VIII tidak dapat ditingkatkan melalui bimbingan pribadi sosial berbasis outbound di SMP Negeri 2 T.Riaja. 









BAB III
 METODE PENELITIAN
A.  Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan kelas. Penelitian tindakan bimbingan kelas pada dasarnya mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas, dengan fokus penelitian dalam bimbingan dan konseling. Menurut Arikunto (2009:3), Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Dede Rahmat dan Badrujaman (2011) menjelaskan penelitian tindakan merupakan salah satu strategi yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah, dengan adanya suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpilkan bahwa penelitian tindakan bimbingan dan konseling adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari suatu masalah, mencari solusi, dan memberikan perbaikan dengan melakukan perencanaan, melakukan tindakan, melakukan pengamatan, dan melakukan refleksi, sehingga dapat menghasilkan proses pengembangan dalam bidang bimbingan dan konseling dalam sekolah tersebut. Dalam penelitian ini akan diteliti tindakan bimbingan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa SMP Melalui Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Berbasis Outbound (Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling Siswa Kelas VIII SMP N 2 T.Riaja).
B.   Subyek Penelitian dan Objek Penelitian
Subyek penelitian merupakan subyek yang diteliti atau sasaran penelitian (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini subyek penelitiannya adalah para siswa kelas VIII SMP N 2 T.Riaja. Objek penelitian ini adalah meningkatkan kepercayaan diri siswa melalui layanan bimbingan pribadi sosial berbasis outbound.
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada jam bimbingan klasikal yaitu pada saat jam bimbingan konseling ataupun mengganti jam pelajaran yang kosong. Penelitian ini dilaksanakan satu kali setiap minggunya yaitu pada hari yang telah dijadwalkan oleh sekolah. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juni 2018 dan dilaksanakan di ruang kelas VIII ataupun di lapangan belakang SMP N 2 T.Riaja.
D.  Setting Penelitian
Penelitian ini menggunakan setting di dalam kelas ataupun di luar kelas. Data diperoleh pada saat proses bimbingan tersebut dilaksanakan.
E.   Peran dan Posisi Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pihak luar yang sedang mengadakan penelitian dan ingin memberikan kontribusi dalam konteks layanan bimbingan pribadi sosial di kelas VIII SMP N 2 T.Riaja. Oleh sebab itu, terlebih dahulu peneliti membicarakan peran dan tugas masing- masing dengan mitra kolaboratif. Berdasarkan hal tersebut, maka ditetapkan kesepakatan sebagai berikut :
1.          Pelaksana tindakan
Dalam hal ini, disepakati bahwa peneliti sendiri yang menjadi pelaksana tindakan perbaikan yang direncanakan.
2. Kolaborator
Kolaborator berperan sebagai pihak yang membantu peneliti mengumpulkan data dan merencanakan tindakan  perbaikan untuk setiap pertemuan yang akan diadakan. Pekerjaan inti kolaborator ketika pelaksanaan tindakan adalah sebagai observer proses.
Kolaborator yang dilibatkan adalah kepala sekolah sebagai pihak yang memahami kondisi siswa. Selain itu, kolaborator yang juga dilibatkan adalah guru BK di sekolah yang bertugas sebagai pengumpul data untuk meningkatkan keobjektifan dan tafsiran yang dilakukan atas data yang terkumpul.
F.   Prosedur Penelitian

Menurut model Hopkins (1993) PTK mencakup empat langkah utama setelah adanya identifikasi masalah. Keempat langkah utama tersebut, yaitu:
1)    perencanaan (planning)
2)     tindakan (acting)
3)    pengamatan (observing)
4)     refleksi (reflecting).
Tahap identifikasi masalah dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara, FGD (Focus Group Discussion) dan observasi. Tujuannya untuk menemukan dan merumuskan akar masalah agar mempermudah peneliti membuat perencanaan, Tahap perencanaan ini digunakan sebagai acuan pemberian tindakan bimbingan.
Tahap tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada tahap ini peneliti memberikan tindakan kepada siswa sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti. Pada pelaksanaan tahapan ini peneliti tetap melakukan observasi, wawancara dan membagikan angket untuk mengetahui hasil yang dicapai melalui tindakan yang diberikan. Pada tahapan ini peneliti akan melihat kesesuaian proses dengan pelaksanaan  dan membuat refleksi atas setiap siklusnya.
Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat refleksi. Hal ini dilakukan setelah tindakan. Refleksi ini berisi renungan dari peneliti dan juga hasil yang diperoleh melalui observasi dan angket. Pada tahapan refleksi juga berisi evaluasi proses. Jika peneliti masih belum mencapai tujuan dari patokan yang telah dibuat maka akan melaksanakan siklus selanjutnya dengan perbaikan yang menunjang pencapaian tujuan.
G.  Tahapan Penelitian

Tahap pertama, peneliti melakukan analisis terhadap situasi yang terjadi di SMP N 2 T.Riaja. Setelah itu, peneliti mulai menyusun rancangan penelitian.
1.  Identifikasi Masalah
Sebelum menyusun rencana penelitian, terlebih dahulu peneliti menganalisis situasi dengan melakukan kegiatan pengumpulan data awal atau studi pendahuluan di SMP N 2 T.Riaja. Tujuannya mendapatkan gambaran yang nyata mengenai tingkat kepercayaan diri siswa.
2.    Rancangan Siklus Penelitian (Siklus I)
Sebelum   melakukan tindakan, peneliti menyusun pokok-pokok rencana kegiatan yang akan dilakukan sebagai berikut :
a.    Perencanaan Tindakan
Pada kegiatan penelitian ini peneliti membuat perencanaan yaitu :
1)          Mempersiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan dengan topik “Percaya Diri”.
2)          Mempersiapkan lembar kerja siswa dan handout.
3)          Mempersiapkan panduan permainan autbund di luar kelas.
4)          Mempersiapkan instrumen penelitian berupa angket, lembar observasi dan panduan wawancara.
5)          Mempersiapkan peralatan dokumentasi.
b.   Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah disusun :
1)          Pembukaan
a)           Peneliti memberikan salam pembuka dan pengantar.
b)          Pemberian Ice breaking untuk penyegar suasana.
2)          Inti Kegiatan
a)           Tanya jawab pembuka sebagai pengantar masuk pada kegiatan bimbingan.
b)          Pemberian materi bimbingan.
c)           Kegiatan inti berupa Outbound di luar kelas.
d)         Pemberian kesimpulan.
e)           Pemberian penguatan (reinforcment).
3)          Penutup
a)           Mengisi lembar refleksi
b)          Pemberian dan pengisian angket
c)           Menutup kegiatan
c.          Observasi
Obsevasi dilakukan selama proses kegiatan bimbingan berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengamati pelaksanaan tindakan. Hal yang diobservasi yaitu perilaku anak selama mengikuti kegiatan bimbingan dan sikap peneliti selama memberikan bimbingan
d.         Refleksi
Pada tahap ini, peneliti berdiskusi bersama mitra kolaboratif mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan selam bimbingan berlangsung. Hal yang dijadikan sebagai bahanrefleksi yaitu kelebihan dan kekurangan selama bimbingan berlangsung.
2.    Siklus II

Siklus ini dilakukan sebagai perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang masih ditemukan pada siklus  1 agar hasilnya lebih maksimal. Perencanaan pada siklus ini dilakukan oleh peneliti, mitra kolaborator, dan pengamat berdasarkan refleksi pada siklus 1. Siklus II meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi kegiatan, dan refleksi.
a.    Tahap perencanaan

Perencanaan tindakan pada siklus II ini sama dengan perencanaan tindakan pada siklus I. Pada siklus II peneliti memberikan topik bimbingan “Komunikasi dalam Kerjasama dalam membangun Kepercayaan Diri”
b.    Pelakasanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah disusun.
1)        Pembukaan

a)           Peneliti memberikan salam pembuka dan pengantar.
b)          Pemberian Ice breaking untuk penyemangat kegiatan
2)   Inti Kegiatan
Pelaksanaan upaya perbaikan pada siklus II dilakukan sesuai tahapan dalam SPB dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I. Layanan bimbingan klasikal pada siklus II diharapkan siswa lebih terlibat dalam seluruh kegiatan dan aktif.
a)    Tanya jawab pembuka sebagai pengantar masuk pada kegiatan bimbingan.
b)   Pemberian materi bimbingan.
c)    Kegiatan inti berupa Outbound di luar kelas.
d)   Pemberian kesimpulan.
3)   Penutup
a)    Mengisi lembar refleksi
b)   Pemberian dan pengisian angket
c)    Menutup kegiatan
d.   Observasi
Obsevasi dilakukan selama proses kegiatan bimbingan berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengamati pelaksanaan tindakan. Hal yang diobservasi yaitu perilaku anak selama mengikuti kegiatan bimbingan dan sikap peneliti selama memberikan bimbingan. Saat melakukan observasi, peneliti dibantu mitra kolaboratif dalam mengamati proses jalannya kegiatan bimbingan.
e.    Refleksi
Pada tahap ini, peneliti berdiskusi bersama mitra kolaboratif mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan selama bimbingan berlangsung. Hal yang dirasa masih kurang optimal akan diperbaiki. Setelah tindakan dilakukan, peneliti segera mengolah data yang telah didapatkan melalui angket, observasi, dan wawancara dari setiap siklusnya untuk kemudian dianalisis.
Refleksi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terjadi saat bimbingan tiap siklusnya. Hasil dari diskusi bersama mitra kolaborator dan identifikasi melalui alat pengumpul data, akan digunakan.

H.  Teknik Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu :
1.    Skala/Angket.

Penyebaran skala kepercayaan diri dilakukan pada setiap akhir bimbingan. Penyebaran skala ini bertujuan untuk membandingkan hasil pre test dan post test setelah diberikan perlakuan.
2.    Pengamatan/Observasi

Observasi dilakukan oleh mitra kolaborator yang mengamati selama proses bimbingan dilaksanakan tiap siklus. Observasi dilakukan dengan lembar panduan observasi yang disusun oleh peneliti. Observer memberikan penilaian sesuai lembar panduan observasi, serta menuliskan apa saja yang terjadi pada setiap siklusnya, sebagai catatan untuk peneliti dalam berefleksi serta merencanakan tindakan untuk siklus berikutnya.
3.    Wawancara

Sanjaya (2011: 96) menjelaskan bahwa wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu untuk mendapatkan informasi-informasi. Wawancara dilakukan setelah kegiatan bimbingan terlaksana. Peneliti mewawancarai siswa yang terlihat kurang percaya diri berdasarkan hasil observasi.

4.    Studi Dokumen

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto selama proses penelitian tindakan bimbingan dan konseling berlangsung dan catatan lapangan yang disusun oleh mitra kolaboratif.

I.     Instrumen Penelitian


Menurut Winkel (2004) pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan pengertian yang luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang subjek yang diteliti, serta membantunya memperoleh pemahaman akan diri sendiri. Oleh karena itu peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut :
1.          Skala Kepercayaan Diri.

Skala kepercayaan diri digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan diri siswa pada saat bimbingan di kelas.
2.          Pedoman Pengamatan/Observasi

Pedoman observasi merupakan instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data proses dalam PTK. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kepercayaan diri.



3.          Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi dan pengisian skala. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.
4.         Studi Dokumen

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah catatan lapangan, foto, dan hasil evaluasi kegiatan selama proses layanan bimbingan berlangsung. sebagai pertimbangan merencanakan pemberian tindakan bimbingan pada siklus selanjutnya.

J.    Teknik Analisis Data


Dede Rahmat (2012: 170) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah:
(1) reduksi data, yaitu proses menyederhanakan data dengan melakukan seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna.
(2)  paparan data, yaitu menampilkan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif dan tabular.
(3)  penyimpulan data, yaitu mengambil intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat. Saat pelaksanaan penelitian tindakan ini, ada dua jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti, yaitu:
1.          Data Kuantitatif

Data yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik, yaitu mencari nilai jumlah, rata-rata hasil kepercayaan diri siswa dalam tiap siklusnya. Skala kepercayaan diri dalam penelitian ini berjenis skala perbedaan semantik. Azwar (2003) menjelaskan bahwa perlu mengkategorikan skor subjek dan skor butir item berdasarkan kriteria kategori.
2.          Data Kuantitatif
Data kualitatif merupakan data yang berupa informasi, berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang tingkat kepercayaan diri siswa, pandangan atau sikap siswa, serta antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan pribadi sosial.
a.     Analisis Data Observasi

Data hasil observasi diolah dan dianalisis setelah penelitian tindakan diberikan, pada setiap siklusnya. Hasil data diolah secepat mungkin agar dapat menjadi bahan perbaikan untuk siklus selanjutnya. Peneliti mendapatkan hasil observasi dari pengamatan mitra kolaboratif kemudian peneliti menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah diberikan.

b.    Analisis Data Wawancara

Data yang diperoleh melalui wawancara dicatat oleh peneliti dan kemudian dianalisis sesuai dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh siswa mengenai kegiatan bimbingan pribadi sosial, kemudian peneliti melakukan pengkodean sesuai pernyataan siswa, dan akhirnya memberikan kesimpulan atas hasil wawancara tersebut.

K.  Kriteria Keberhasilan

1.          Kuantitatif
Herbert, Robin & Ortrun (2002), penelitian tindakan sebagai sebuah proses yang mengejar untuk suatu perbaikan di situasi praktis tanpa menentukan tujuan secara kenyataan untuk dapat tercapai. Jadi, dalam penelitian tindakan ini tidak ada patokan yang pasti bagi peneliti untuk menentukan seberapa besar target yang harus tercapai pada tiap siklus, namun peneliti tetap mencoba mengusahakan suatu target peningkatan. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini memiliki kriteria keberhasilan yang ditentukan peneliti melalui perhitungan nilai awal berdasarkan pada pra tindakan. Kriteria keberhasilan penelitian, menjadi tolak ukur keberhasilan yang harus dicapai. Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:





Tabel Kriteria Keberhasilan
Perubah
Indikator
Kriteria keberhasilan
Pra
Siklus 1
Siklus 2
Tingkat kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran
a.       Rata-rata skor kepercayaan diri
siswa
b.       Jumlah subjek yang mengalami peningkatan setiap siklusnya
45%




-
65%




18
80 %




22

2.    Kualitatif
a.      Siswa memperhatikan penjelasan guru
Siswa dapat menghargai guru saat menjelaskan didepan kelas, dan siswa dapat menjaga ketenangan kelas.
b.    Bertanya pada guru dan merespon pertanyaan dari guru
Siswa berani bertanya pada guru, pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan pada materi yang dipelajari pada saat proses belajar mengajar. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan tenang jika guru bertanya kepada siswa.
c.     Siswa merasa gembira mengikuti kegiatan bimbingan pribadi sosial.
d.    Siswa merasa senang mengikuti kegiatan bimbingan pribadi sosial. Siswa menampilkan diri riang dan ceria saat kegiatan bimbingan berlangsung.
e.     Berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan pribadi sosial, Siswa tidak hanya berdiam diri ketika kegiatan, namum siswa terlibat aktif dalam kegiatan bimbingan.